Makalah pengertian dan ruang lingkup ilmu tauhid
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu
satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam
hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan)
peribadahan hanya
kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama
yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat
yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Ilmu
tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya
melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu
persatu muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau
metafisika.
B.
Rumusan masalah
1)
Apakah
pengertian dari ilmu tauhid?
2)
Apakah ruang lingkup dari ilmu tauhid?
3)
Apakah
pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul maad?
C.
Tujuan penulisan
a)
Tujuan
Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu tauhid yang menerangkan pengertian dan ruang lingkup ilmu tauhid.
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu tauhid yang menerangkan pengertian dan ruang lingkup ilmu tauhid.
b)
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
1)
Untuk dapat
mengetahui pengertian dari ilmu tauhid
2)
Untuk dapat
mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid
3)
Untuk dapat mengetahui pengertian marifatul mabda, marifatul
wasithah, marifatul maad ilmu tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tauhid Dan Ilmu Tauhid
Asal makna
tauhid, ialah meyakinkan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada
syarikat bagi-Nya[1].
Ilmu tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, sifat-sifat
yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan
tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya.
Ilmu tauhid
juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam memberikan dalil tentang
pkok (usul) agama cenderung kepada logika (mantiq), seperti yang biasa
dilakukan oleh para pemikir dalam menjelaskan seluk beluk hujjah tenteng
pendiriannya.
Tauhid adalah
pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid
menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan
Allah berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An
Nahl : 97)
Tauhid bukan
hanya sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta ala mini adalah Allah WST,
bukan hanya sekedar mengetahu bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar
mengenal asma’ wa sifat-Nya[2].
Tauhid adalah
pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu, menghambakan diri hanya kepada Allah
secara murni, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya
setulus hati dengan rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
B.
Ruang
Lingkup Ilmu Tauhid
1.
Ma’rifatul
Mabda’
Ruang
pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu suatu ilmu
membahas tentang keberadaan dzat Allah
dan hal-hal yang berhubungan dengan Allah serta qadla’ dan qadar-Nya, yang
terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman kepada Allah dan iman kepada
qadla’ dan qadar.
a.
Iman
Kepada Allah SWT
Iman kepada
Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan Allah SWT tanpa
keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal,
yaitu:
1.
Dzat
Allah SWT
Allah adalah
wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. tidak ada manusia yang
sanggup mengetahui dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun dari
unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat Allah
SWT, akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu
memikirkan tentang dzat-Nya yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)
Allah berfirman:
إِنَّ فِى
خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ
لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ﴿ە۱۹﴾
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ﴿۱۹۱﴾
Artinya :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka “.(Q.S. Ali
Imran : 190-191)
2.
Sifat
Allah SWT
memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:
2.1.
Sifat
wajib
Sifat wajib Allah ada 20 yaitu:
1.
Wujud,
2.
Qidam,
3.
Baqa’
4.
Mukhalafatu
lilhawadits,
5.
Qiyamuhu
binafsih
6.
Wahdaniyyah
7.
Qudrah
8.
Iradah,
9.
Ilmu,
10.
Hayat
11.
Sama’
12.
Bashar
13.
Kalam
14.
Kaunuhu
Qadiran
15.
Kaunuhu
Muridan
16.
Kaunuhu
Aliman
17.
Kaunuhu
Hayyan
18.
Kaunuhu
Sami’an
19.
Kaunuhu
Basiran
20.
Kaunuhu
Mutakalliman.
2.2.
Sifat
mustahil
Sifat mustahil
adalah berkebalikan dengan sifat wajib yang juga terdiri dari 20 sifat
mustahil, yaitu:
1.
Adam
2.
Huduts
3.
Fana’
4.
Mumatsalah;
5.
Al
ihtiyaju bighairih;
6.
Ta’addud;
7.
Ajzu;
8.
Karahah;
9.
Jahlu;
10.
Mautu;
11.
Shammu;
12.
A’ma;
13.
Bukmu;
14.
Kaunuhu
Ajizan;
15.
Kaunuhu
Karihan;
16.
Kaunuhu
Jahilan;
17.
Kaunuhu
Mayyitan;
18.
Kaunuhu
Ashamm;
19.
Kaunuhu
A’ma;
20.
Kaunuhu
Abkam.
2.3.
Sifat
jaiz
Adapun sifat
jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula
tidak. Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau
tidak membuatnya.
3.
Af’al
Af’al adalah
perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan Allah SWT.
Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan
yang baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
b.
Iman
Kepada Qadla’ dan Qadar.
Qadar ialah
masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu qadran
artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya[3].
Iman kepada
qadla dan qadar berarti bahwa seseorang mempercayai dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah telah mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik maupun
takdir yang buruk..
Allah SWT berfirman
:
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى ﴿٢﴾ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى ﴿٣﴾
Artinya :
“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya){2} dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,{3} (Q.S. Al –A’la : 2-3)
2.
Ma’rifatul
Wasithah
Ruang
pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma’rifatul Wasithah. Yaitu membahas tentang utusan Allah seperti
Malaikat, Nabi/Rasul, dan Kitab Suci, yang terangkum dalam rukun iman, yaitu
iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada kitab-kitab Allah SWT, dan
iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Allah SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ
عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ
بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ
ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Artinya :
“Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1.
Iman
Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
Secara umum
pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah percaya akan adanya
malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya.
Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan perintah Allah SWT
yaitu untuk mengurus alam semesta ini.
Allah SWT
berfirman :
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ
رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ
Artinya :
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya (demikian pula) orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, mailakat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).
Nabi Muhammad
SAW bersabda :
"Iman itu
percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya,
serta kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya.
(Bukhari Muslim).
Adapun 10
malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar, Nakir,
Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik
2.
Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Iman kepada
kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah meurunkan kitab-kitab
Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu Allah SWT unutk
disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman hidup agar
manusia tetap pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab
Allah tersebut diantaranya adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
3.
Iman
Kepada Rasul Allah SWT
Beriman kepada
rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya ialah mempercayai
bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan
membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini mempunyai
sifat diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
menyampaikan, fathonah (cerdas).
3.
Ma’rifatul
Ma’ad
Ma’rifatul
Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang membahas tentang hari
kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari kiamat. Yang
dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta ini
dan seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti
kepada alam yang baru yaitu akhirat.
Beriman kepada
hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan segala isinya akan
dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia akan mati,
kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya
untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan kejahatannya dan hidup
kekal di alam akhirat.
Allah SWT
berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa sja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah, hari akhir dan beramal shalih, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al Baqarah : 62)
C.
Aspek-Aspek
Ketauhidan
Tauhid Rububiyah
Tauhid
rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah pernyataan
bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya,
Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya[4].
Allah SWT berfirman :
قُلْ مَنْ
يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ
مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ
أَفَلَا تَتَّقُونَ
Artinya :
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)
Tauhid uluhiyah
adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan dibina atas dasar
ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan cinta,takut,
mengharap, tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT sendiriNya[5].
Allah SWT berfirman :
فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ﴿١٢٩﴾
Artinya :
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah:
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (Q.S. At
Taubah : 129)
Tauhid Asma dan Sifat
Tauhid asma dan
sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu kepada
segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia Maha
Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala
kehendak terlaksana, hikmah yang tandas dan tuntas[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar
tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi syari tauhid
ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.
[1]
‘Abduh, Syeh Muhammad.1979. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta:
Bulan Bintang. hlm.36.
[2]Wahab,
Muhammad Bin Abdul. 2007. Kitab Tauhid. Islamhouse. hlm. 3.
[3]Soedjarwo,
Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya :
Al-Ikhlas. hlm.910.
[4]Soedjarwo,
Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya :
Al-Ikhlas. hlm.45.
[5]Soedjarwo,
Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya :
Al-Ikhlas. hlm.50.
izin kopas ke web saya akh, transparan.org
BalasHapus