Makalah sumber dan pentingnya ilmu tauhid
Makalah sumber dan pentingnya ilmu tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber-Sumber Ilmu Tauhid
1. Al-qur’an
Sebagai sumber tauhid, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang bekaitan
dengan ketauhidan, antara lain dalam firman Allah (QS.Adz-Dzariyat:56).
“Tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat ayat ; 56)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia hanyalah
untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan yang menciptakan itulah yang berhak untuk
diibadahi, sekaligus membantah orang-orang yang menyembah kepada
berhala-berhala dan semacamnya. Oleh karena itu mempelajari tauhid merupakan
kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah
mengutus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan
jauhilah Thagut.” (Q.S.
An-Nahl ayat : 36)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul yakni untuk
mendakwahkan tauhid, serta membawa misi dakwah untuk mengajak bertauhid dan
menjauhi sifat syirik, yang disertai dengan pengingkaran terhadap thagut dan
sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan
kepadamu, agar kamu tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan berbaktilah
kepada kedua orang tua.” (Q.S. Al-Israa’ ayat : 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. Memerintahkan kepada umatnya
tentang, hak Allah adalah yang paling penting yang harus ditunaikan, karena hak-haknya
Allah SWT. Adalah sebagai sikap tauhid kita kepada yang Maha Menciptakan, yang
dilanjutkan dengan sikap pengagungan terhadap hak-hak kedua orang tua untuk
selalu berbakti kepadanya.
2.
Hadist
Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber tauhid yang menjelaskan
tentang keutamaan tauhid, adalah :
Nabi Muhammad SAW
bersabda
إن الله لم يفرض شيئا أفضل من التوحيد
والصلاة, ولو كان شيء أفضل منه لافترضه على
ملائكته منهم راكع ونهم ساجد
”Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama dari tauhid
dan shalat, kalau ada sesuatu yang lebih utama darinya, maka pasti Allah akan
mewajibkannya kepada para malaikatnya, diantara mereka ada yang ruku dan ada
yang sujud”.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله فإذا قالوها عصموا منى دمائهم وأموالهم إلا
بحقها وحسابهم على الله , متفق عليه
“Aku
di perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah, tatkala mereka mengatakannya maka mereka telah menjaga
darah mereka dan harta mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –muslim).
3.
Pendapat Ulama
Mengenai tauhid para
ulama banyak menjelaskan tentang hakekat beribadah dengan bertauhid, antara
lain adalah :
Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Sesungguhnya
hakekat tauhid ialah mengesakan Allah yang maha suci dalam beribadah”. Oleh
sebab itu, para Nabi dan Rasul, serta pengikutnya menjadikan dakwah tauhid
sebagai dakwah yang paling utama dan diprioritaskan.
Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Segala sesuatu yang disembah selain Allah ta’ala adalah
bathil/sesembahan yang keliru…”. Menurut beliau segala sesuatu yang
disembah selain AllahSWT. Adalah bathil. Dan tidak ada nilai ibadah disisi-Nya
dan segala amal dan ibadahnya akan tertolak dan sia-sia.
Syaikh Muhammad bidn
Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Tauhid
merupakan agama segenap Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Kepada
hamba-hamba-Nya”. Dan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh
hafizhahullah berkata,“Apabila
kenyataannya seperti itu, yaitu segenap Rasul menyerukan tauhid, maka seharunya
dakwah itu dilakukan untuk menyerukan pokok ini. Dakwah dilakukan untuk
mengajak orang mentauhidkan Allah SWT. Sebab dengan tauhid itulah hati menjadi
baik dan amalan pun akan menjadi baik”. Maka menurut perkataan
beliau agama para Nabi adalah satu. Yang kesemuanya menjelaskan tentang dakwah
tauhid yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk segenap Rasul yang risalahnya
dilanjutkan oleh umat manusia.
Penjelasan-penjelasan
para ulama mengenai hakikat beribadah dengan tauhid pada intinya semua
menyerukan bahwa beribadah haruslah dengan sikap tauhid yang benar yakni
meng-Esakan hanya kepada-Nya, dan mengetahui bahwa para Rasul di utus untuk
membawa misi dakwah untuk mengajak umat manusia mentauhidkan hanya kepada Allah
SWT. yang sebenarnya masih banyak sekali penjelasan-penjelasan para ulama yang
berkaitan dengan hakekat beribadah dengan tauhid.
B.
Pentingnya Ilmu Tauhid
Tauhid Adalah Kewajiban
Pertama dan Terakhir
Rasul
memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan tauhid terlebih dulu
sebelum yang lainnya. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu
dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhori dan Muslim). Nabi
juga bersabda, “Barang siapa yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illAllah
niscaya masuk surga.” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dihasankan Al-Albani
dalam Irwa’ul Gholil)
Baca Juga : Makalah tasawuf akhlaki atau amali
Tauhid Adalah Kewajiban
yang Paling Wajib. Allah berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاء
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah
mengampuni dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisaa’: 116)
Sehingga
syirik menjadi larangan yang terbesar. Sebagaimana syirik adalah larangan
terbesar maka lawannya yaitu tauhid menjadi kewajiban yang terbesar pula. Allah
menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan oleh
hamba.
Allah
Ta’ala berfirman
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, dan berbuat baiklah pada kedua orang tua.” (QS. An-Nisaa’: 36).
Kewajiban
ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih wajib daripada berbakti
kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua memaksa anaknya untuk berbuat
syirik maka tidak boleh ditaati.
Allah
berfirman,
وَإِنْ
جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
“Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan
Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya…”
(QS. Luqman: 15)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia
perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan
tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada
orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang
bersikap sangat. baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan
hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Allah semata.
Itulah hakekat dan kedudukan tauhid di agama
kita.Hati yang Saliim Adalah Hati yang Bertauhid Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila
ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Allah
Ta’ala berfirman,
يَوْمَ
لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ (٨٨)إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Hari
dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang menghadap
Allah dengan hati yang saliim (selamat).” (QS. Asy Syu’araa’: 88-89)
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yaitu hati yang selamat dari dosa dan
kesyirikan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Adzhim, Tafsir surat Asy Syu’araa’). Maka
orang yang ingin hatinya bening hendaklah ia memahami tauhid dengan benar.
Tauhid
Adalah Hak Allah yang Harus Ditunaikan Hamba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Hak Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu mereka
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun…”(HR.BukharidanMuslim)
Menyembah
Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam beribadah.
Tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam beribadah, sehingga
wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan
diri dari syirik maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang beribadah
kepada Allah saja (diringkas dari Fathul Majid).
Ibadah adalah hak Allah
semata, maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain Allah maka dia telah
berbuat syirik. Maka orang yang ingin menegakkan keadilan dengan menunaikan hak
kepada pemiliknya sudah semestinya menjadikan tauhid sebagai ruh perjuangan
mereka.
Tauhid
Adalah Sebab Kemenangan di Dunia dan di Akhirat, Para sahabat dari kalangan
Muhajirin dan Anshar radhiyallahu ta’ala ‘anhum adalah bukti sejarah atas hal
ini. Keteguhan para sahabat dalam mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan
mereka adalah contoh sebuah generasi yang telah mendapatkan jaminan surga dari
Allah serta telah meraih kemenangan dalam berbagai medan pertempuran, sehingga
banyak negeri takluk dan ingin hidup di bawah naungan Islam. Inilah generasi
teladan yang dianugerahi kemenangan oleh Allah di dunia dan di akhirat.
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman,
“Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) dari
kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah telah ridho kepada mereka dan merekapun telah ridho kepada Allah.
Allah telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Hakekat dan
Kedudukan Tauhid
Hakekat tauhid
adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut
penjelasannya :
I.
Mengesakan
Allah dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya
adalah kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan
lainnya yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh
seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang
mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan
keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal,
jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta
ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun
ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“(Ath-Thur:35-36)
Namun
pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi
Rasululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy
yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah
kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari
jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89). Dan yang amat sangat
menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa
seseorang sudah dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan seperti
ini. Wallahulmusta’an.
II.
Mengesakan
Allah Dalam Uluhiyah-Nya
Maksudnya
adalah kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.
Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut
dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari
kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti
dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin
Quraisy.
Hal
ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa
ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini
kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya
ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah
satu-satunya Pencipta alam semesta.
III.
Mengesakan
Allah Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya
adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya
Allah-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di
Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana
firman-Nya “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr: 24)
Seseorang baru dapat dikatakan
seorang muslim yang tulen jika telah mengesakan Allah dan tidak berbuat syirik
dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan Allah (berbuat
syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim
tulen tetapi dia adalah seorang musyrik.
Namun sangat disayangkan, kenyataan
umat Islam di zaman ini yang diliputi kebodohan bahkan dalam masalah
tauhid.Maka pantaslah kalau kekalahan demi kekalahan menimpa pasukan Islam di
masa ini. Ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam akidah mereka. Wallahu
a’lam bish showaab.
Belum ada Komentar untuk "Makalah sumber dan pentingnya ilmu tauhid"
Posting Komentar